My Pages

Thursday, November 26, 2015

The land of the Mountains and the heaven of mountainers - part 1

Namaste ...

Itu adalah kata - kata yang setiap kali gua denger ketika gua berpas-pasan sama orang, nepali ataupun bukan, seakan - akan kata - kata itu bak mantra yang harus diucapkan kalau ketemu orang. Ya emang bener, kebanyakan mereka yang ada di Nepal itu ramah - ramah, dan itu adalah satu hal yang membuat gua terkejut ketika sampai disana.

Nepal, adalah sebuah negara yang terletak diantara raksasa China dan raksasa lainnya India. Letak geografisnya cukup miris, kalau diperhatikan negara ini terletak pas dikemiringan landscape antara India dan China. Setelah lama - lama merenung soal letak geografisnya, gua bisa menarik kesimpulan kalau Tuhan sungguh sangat adil, India yang besar, China yang lebih besar, dan Nepal yang kecil memiliki Himalaya, ntah apa jadinya Nepal kalau tidak ada Himalaya.

Pergi ke Nepal, memang ada di dalam bucket list gue dan pastinya gue memang sudah merencanakan akan pergi ke sana suatu hari nanti, tapi jujur punya jujur yang mendorong  gua untuk pergi tahun ini adalah film Everest, bak tenaga roket setelah nonton film itu, gua langsung summoned orang - orang yang sudah pernah janji akan ke Nepal sama gue hehehe.

First thing, penting untuk menentukan bulan apa untuk mengunjungin Nepal, tadinya gua ga merencanakan secepat ini, tapi ketika gua browsing - browsing pergi ke Nepal adalah paling tepat antara bulan November - Januari. Pada musim ini Nepal sudah memasuki musim dingin, dan biasanya langit sangat cerah pada musim - musim ini, jangan pergi ke Nepal pada musim moonson sekitar bulan maret - agustus karena akan sering turun hujan dan sering terjadi badai, gunung - gunung pun akan ngumpet dibalik awan hujan.

Dalam kurun waktu sebulan gua sudah menapakan kaki gua di negara pegunungan dan surganya orang - orang gunung. Oh ya, tiga hari sebelum terbang, ada kabar bahwa Nepal sedang di blok oleh para protestan karena bagian perbatasan India-Nepal tidak puas terhadap konstitusi baru di negara itu, mereka menyebutnya Fuel-Crisis, karena yang diblok adalah suply bahan bakar untuk kendaraan. Menurut info yang gue cari bahwa fuel-crisis lumayan memberi impact terhadap semua sektor di Nepal, rumah sakit kekurangan obat - obatan karena tidak ada yang mengangkut obat, dan gua baca juga bahwa banyak resto tutup karena tidak ada bahan bakar untuk memasak makanan. Karena hal ini gua hampir saja membatalkan trip gua, dan re-route ke tujuan destinasi yang lain ... yang sebenernya gua udah males dan patah semangat. Dalam kurun waktu tiga hari itu, gua memutuskan untuk mecari referensi terhadap situasi disana melalui tripadvisor dan website resmi negara mereka yaitu www.ekantipur.com, setiap hari gua mecoba baca situasi hari ke hari. And then, gua bersyukur gua ga membatalkannya, dan perjalanan kali ini menjadi salah satu perjalanan terbaik dalam hidup gua.

19 November 2015

Gua bertolak dari Jakarta ke Kuala Lumpur dengan Malaysia air jam 4.55 pagi, pesawat on time, tapi mata gua yang ga on time, karena susah melek dan ngantuk banget. Kalo mengingat gua packing semaleman dan harus berangkat ke airport jam 2 pagi maka gua ga tidur dari tanggal 18 November 2015. Aniway, gua sampai jam 8 pagi waktu KL, transit sekitar 2 jam lalu boarding lagi jam 9.55 pagi. perjalanan Kuala Lumpur - Kathmandu memakan waktu selama 4 jam 30 menit. Perbedaan waktu antara Jakarta - Kathmandu adalah 1 jam 30 menit. Gua mendaratkan kaki di Kathmandu kira - kira pukul 13.30 waktu Kathmandu. Proses imigrasinya untuk minta visa on arival cukup canggih, jadi ada booth untuk scan passport kita dan isi data pribadi kita, setelah selesai akan keluar kertas dari mesin tersebut. Kertas itu kita bawa ke loket pembayaran visa, harga untuk visa on arival adalah 25 USD, hanya menerima uang USD, atau AUD, atau Pondsterling. Yang jelas rupiah atau uang nepal sendiri nggak diterima disitu. Setelah bayar visa, silahkan ngantri di loket imigrasi untuk stempel masuk, setelah itu ... i was officially in Nepal.


Rute Malaysia Air Kuala Lumpur - Kathmandu

Pemandangan dari pesawat all those mightiest mountain of the world.

Sampailah kita di Tribuvan International Airport, Nepal

Yang pertama menyambut para wisatawan adalah papan iklan Huawei dan Galaxy Note 5, dan gue punya feeling bahwa gua akan dibuat terheran - heran sama negara ini.

Bener aja ... sebelum berangkat gua sudah mengantisipasi bahwa stay disana ngga akan mudah, makanya gue bawa persiapan yang cukup lengkap, obat - obatan, ransum makanan (gua bawa roti tortila, rendang, dan abon daging karena takut ga ada makanan dan kelaperan), duit nepal ... susah dicari di Indo ... yang cukup banyak karena gue takut ga ada ATM dan kehabisan duit, power bank dengan kapasitas yang gede 2 buah karena takut listrik disana ga tersedia 24 jam ... persiapan gua kayak udah mau pergi perang. Ternyata eh ternyata, gua terlalu underestimated negara yang bisa survive dari gempa besar April 2015 lalu.

Kenyataannya, pertama ATM tersedia buanyak banget di Thamel, daerah turis yang merupakan tempat perhentian gua hari pertama, dan bisa mengambil uang sampai dengan 35.000 NPR perharinya (tergantung bank yang kita punya). Satu Nepal Rupee (NPR) adalah sebesar 130 rupiah, bingung gue rupiah masih bisa lebih rendah dari NPR. 

Kedua, Internet akses sungguh amat teramat kenceng disana (itu insting gua pas disambut Huawei di bandara) upload 10 foto ke Fb bisa dilakukan dalam kurun waktu semenit! Untuk komunikasi handphone, kartu Indo yang bisa aktif disana adalah Simpati, tapi untuk internet itu kena 1.5 juta / 10 Mbps, jadi sebaiknya ganti kartu Nepal, waktu itu gue pake Ncell, harga voucher isi ulang 100 NPR, paket internet 125 MBps hanya 68 NPR, untuk 7 hari. Kenceng banget bo, gue teethering sampai ber 4-an kuat 1 hari itu paket untuk bbm-an dan facebookan. Oh ya untuk mendapatkan simcard Nepal, dibutuhkan fotocopy passport, pass foto, dan duit beli perdana sebesar 300 NPR, tapi gue ga bawa fotocopy passport, dan passfoto gue juga ntah kemana, tetep aja bisa beli itu perdana karena passport gue sama guenya di foto sama abangnya... no worries.

Ketiga, resto dan makanan disana masih melimpah dengan harga yang sangat murah, untuk paket chicken tika masala bisa dibeli hanya dengan 100 NPR dengan porsi abang - abang Nepal (buat gue bisa makan berdua), jadi sekali makan cuma 6000 perak, harga barang dan kehidupan di Nepal menurut gua sangat amatlah murah. Listrik juga menyala 24 jam, sama sekali gua ga merasakan impact dari fuel-crisis tersebut. 

Nepal Tribuvan airport, yang mirip Soeta pake bata - bata merah gitu.

Pasca gempa, banyak bangunan hancur, setelah gua perhatikan bangunan hancur yang kebanyakan dibangun pada abad ke 11 - 12, bangungan yang tanpa kolom, cuma berupa bata di susun - susun.


Aniway, sesampainya dibandara yang seharusnya gua cari taksi, tapi malah berjodoh sama satu agen perjalanan, namanya Himalaya Hub (www.himalayahub.com). Buat gua yang cuma punya 4 hari 3 malem, dan pengen eksplore Nepal sebanyak - banyaknya, maka perjodohan dari Tuhan ini udah paling indah, ibarat pengantin ceweknya cantik dan yang cowok ganteng. 

Menurut gua mereka itu ngga kayak agen perjalanan yang biasa suka bawa kliennya ke toko suvernir, yang buang - buang waktu (gua kayak berasa jadi mangsa toko suvenir supaya beli dan mereka dapat fee). Tapi mereka lebih mendengarkan apa kemauan kita, kemana kita mau pergi, apa tujuan kita, dan mereka akan arange semuanya ... tanpa pergi ke toko suvenir! Mereka cukup fleksibel, biarpun kadang kita suka overtime, dan mereka bisa di nego. Mereka juga bisa arrange kalau lo pada mau trekking ke Anapurna atau ke Everest, karena untuk trekking kita ga bisa main sembarang pergi trus diriin tenda, harus bayar untuk dapet permit, ya kasianlah masa gratis, mereka baru aja kena gempa loh!

Hari pertama, gua mengunjungi Thamel yang jadi tempat penginapan gua, dan Kathmandu Durbar square. Dalam itenerary yang disetting Puru (owner dari Himalaya Hub) harusnya ada Swayambu Temple, tapi gua lebih pengen eksplore Thamel dan tentunya shopping dan membatalkan Swayambu, dan sekarang gua nyesel kenapa nggak ke Swayambu Temple (penyesalan selalu datang belakangan ya, kalo datangnya didepan namanya Dp ya).

Penginapan hari pertama di daerah Thamel namanya Ambassador Garden Home, dapat ulasan 8.7 di Tripadvisor dan Agoda. Terletak di jantung Thamel, depannya ada mini market, mau cari air dan sikat gigi sampe kondom semuanya ada, palugada lah. Hotel ini punya bekas duta besar Nepal untuk China, gua dapet surat dari doi yang isinya terimakasih gitu, pokoknya so sweet lah, gue merasa spesial, cieehh.
Depannya emang serem, dan kalo liat - liat foto di web emang kayak gang senggol, tapi emang rata- rata bangunan di thamel begitu, dan guest house ini sweet banget, breakfastnya juga enak banget.


Ruang tamunya

Taman sekaligus ruang makannya.


Thamel diwaktu malam

Thamel diwaktu pagi, jalanan cukup bersih.

Sekian dulu cerita gue, karena udah harus kerja. Next blog gue akan cerita soal tempat - tempat yang gue kunjungin, termasuk didalamnya puncak acara gue, tujuan utama gue ke Nepal. Nepal negara yang paling Indah yang pernah gue datengin, biarpun gua sudah pernah melihat Paris dan Swis di Eropa. Terlepas dari Kathmandu yang berdebu, kulturnya, orang - orangnya, dan hamparan pemandangan alamnya itu kayak masuk banget ke dalem diri gua. Gunung - gunung itu punya sesuatu yang akan membuat orang kembali lagi ke sana. Thank you for all the readers.

Link ini kelanjutan  dari cerita gue di Nepal :








2 comments:

Unknown said...

keren banget !! kotanya keknya classic banget... mahal kali yah ??

Unknown said...

Cakep Lin...
Favorite post for this post are..... "Gang Senggol"
Hahahhahah...gua ngakak baca tulisan pas di bagian itu